Sumber Bisnis untuk Wedding Entrepreneur

Kiat Bisnis : Tip dari Top Vendor

5 Kiat Melakukan Sesi Foto Pre-wedding di Studio

[[ 1644897600 * 1000 | amDateFormat: 'll']] | 7,983 kunjungan


Hampir dua tahun sudah pandemi global melanda tanah air. Segala bentuk penyesuaian pun diberlakukan demi kenyamanan dan keselamatan bersama. Jika kita menilik bagaimana kondisi industri pernikahan saat ini, rentetan perubahan yang ada justru berhasil membawa pengaruh yang cukup signifikan dari segi tren terbaru. Tak ayal, mayoritas calon pengantin kini lebih memilih untuk mewujudkan rangkaian hari bahagia mereka ke dalam bentuk yang lebih praktis, termasuk soal sesi foto pre-wedding. Inilah mengapa pemotretan yang dilakukan di dalam studio kini semakin digemari di kalangan calon pengantin.

Lalu, apa sebenarnya perbedaan yang paling menonjol saat melangsungkan sesi foto pre-wedding di studio dengan yang berada di luar ruangan? Fotografer sekaligus founder dari DERAI, Reynaldo Tjandra, mengemukakan pendapatnya terkait hal tersebut. "Memotret indoor itu ada tantangan tersendiri pastinya. Karena ekspektasi klien sudah jauh berbeda dengan outdoor prewedding. Umumnya, pemotretan di studio lebih mengutamakan konsep yang meliputi banyak hal, mulai dari set, instalasi, lighting, sampai outfits," terang juru potret yang akrab disapa Dodo ini. Artinya, seorang fotografer handal harus mampu bereksplorasi dengan ide-ide baru untuk mencegah perolehan hasil yang terkesan monoton.


Simak sejumlah saran berikut ini yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan sesi foto pre-wedding di studio.

  1. Mulailah dengan Mencari Inspirasi di Ranah Digital
    Berbicara soal konsep memang tidak ada habisnya. Dalam sebuah sesi pemotretan, seorang stylist tidak hanya dituntut untuk mampu mengubah keseluruhan tampilan dari sang klien saja, tetapi juga harus piawai dalam menuangkan ide-ide cemerlang dari sebuah konsep yang akan digagas. Jika Anda sering dilanda kesulitan dalam menggali referensi, cobalah untuk menyelami platform digital ataupun karya seni lainnya yang berbasis visual. "Mencari inspirasi di dunia digital sekarang terasa lebih mudah karena ada banyak pilihan, mulai dari Instagram, Pinterest, dan berbagai platform lainnya. Kita juga biasa mendapatkan inspirasi dari film-film yang telah ditonton sebelumnya," ujar co-founder sekaligus stylist dari DERAI, Monica Tan. Mengamini pernyataan dari sang istri, Dodo pun ikut membagikan sejumlah kiat yang turut membantunya dalam proses brainstorming. "Karena gaya memotret yang cukup spontan, saya juga banyak mengambil inspirasi dari film ataupun buku-buku fotografi yang sering dibaca."

  2. Berorientasi pada Detail
    Jika pre-wedding outdoor lebih mengandalkan pada kondisi alam sebagai latar belakang, maka foto studio adalah tentang bagaimana cara Anda memaksimalkan sebuah ruangan kosong dengan ragam instalasi yang artistik sekaligus estetis. Hal ini dikarenakan properti memegang peranan yang sangat penting untuk membangun sebuah cerita. Selain itu, tim fotografer juga perlu bekerja ekstra keras untuk memerhatikan detail-detail terkecil, mulai dari teknik pengambilan gambar, wardrobe, makeup, lighting, arahan gaya, hingga keselarasan palet warna secara keseluruhan. "Untuk konsep dekorasi biasanya ditentukan oleh stylist. Kalau dari DERAI sendiri, kita lebih prefer untuk kerja sama dengan vendor yang memang sudah sering bekerja sama. Karena biasanya mereka sudah paham betul seperti apa workflow kita. Secara selera juga dapat dipastikan kita memiliki taste yang sama," tutur Dodo ketika ditanya perihal cara yang biasa diterapkan oleh DERAI dalam mewujudkan elemen dekoratif yang elok.



  3. Pahami Bagaimana Karakteristik Klien Anda
    Ingatlah bahwa foto pre-wedding yang dilakukan di studio tidak kalah fleksibel dengan pemotretan yang dilakukan di luar ruangan. Tentu saja Anda dapat dengan bebas bereksplorasi sekaligus merealisasikan ide sesuai dengan keinginan klien. Untuk memastikan segalanya dapat berjalan dengan lancar, lakukan diskusi secara mendalam dengan klien Anda guna mengenali bagaimana karakter dan ekspektasi mereka. "Terkadang, ada beberapa klien yang berbeda visi dengan kita, dan ini menjadi tantangan tersendiri untuk menyamakan perspektifnya dari segi karya. Maka dari itu, untuk studio session, biasanya kita akan mengajukan permintaan untuk meeting dulu, sekadar ngobrol ringan untuk mengetahui keinginan dan ekspektasi klien," ungkap Dodo.

  4. Tetaplah Patuhi Protokol Kesehatan yang Berlaku
    Tidak bersentuhan langsung dengan alam terbuka bukan berarti Anda lantas bisa melonggarkan protokol kesehatan begitu saja. Justru, risiko penularan virus di ruangan tertutup jauh lebih tinggi dibandingkan jika Anda tengah berada di luar ruangan. Kuncinya adalah dengan tetap memastikan protokol kesehatan lengkap demi keamanan bersama, mulai dari tes swab, pengukuran suhu tubuh, pengadaan hand sanitizer, penggunaan masker, hingga penyemprotan disinfektan secara berkala. Selain itu, aspek penting lainnya seperti ventilasi alami juga perlu untuk diperhatikan. Saat berada di dalam ruangan, pastikan untuk membuka jendela atau pintu agar kualitas udara di sekitar Anda tetap terkontrol dengan baik. Sebagai alternatif, gunakan air purifier yang telah didukung dengan HEPA filter untuk menyaring kemungkinan adanya virus dan bakteri. "Masa pandemi ini memang terasa lebih menantang. Yang terpenting adalah dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan, mengingat eratnya kontak dengan klien di ruang tertutup," ujar Monica.



  5. Beri Jarak yang Cukup untuk Memaksimalkan Proses Post-Production
    Setiap vendor fotografer umumnya telah memiliki syarat dan ketentuannya masing-masing sebagai bentuk kesepakatan dengan klien. Hal ini termasuk soal transparansi periode waktu yang ditetapkan, mulai dari tahap pra-produksi, produksi, hingga pasca produksi. Pastikan untuk menerapkan batas waktu yang jelas agar tidak ada kesalahpahaman dengan klien di kemudian hari. "Kita sudah sering mendapat banyak pertanyaan juga. Sebenarnya kapan, sih, waktu yang paling tepat untuk melangsungkan sesi pre-wedding? Biasanya, kita selalu mengambil waktu di 3-5 bulan sebelum hari pernikahan tiba. Yang terpenting jangan terlalu mepet dengan wedding day supaya post production-nya tetap lancar," saran Dodo seraya menutup pembicaraan dengan Bridestory.
Ikuti Percakapan
BACA [[blogCommentsCtrl.commentsMeta.total]] Komentar
[[ comment.createdAt | amDateFormat: 'll | HH:mm']]

[[comment.account.data.accountable.data.businessName]] [[comment.account.data.accountable.data.fullName]]

[[ comment.content | extractEmoji ]]