Sumber Bisnis untuk Wedding Entrepreneur

Kiat Bisnis : Tip dari Top Vendor

10 Sosok Perempuan di Industri Pernikahan: Membangun Bisnis dengan Hati, Kreativitas, Kepercayaan, dan Profesionalisme

[[ 1681344000 * 1000 | amDateFormat: 'll']] | 3,620 kunjungan

Wedding Industry atau industri pernikahan adalah kegiatan mengelola dan mewujudkan impian pernikahan calon pengantin. Dan yang namanya impian, wujudnya sangat beragam; mulai dari abstrak, ril, sederhana, sampai yang kompleks. Jangan lupa juga bahwa impian ini juga didasari oleh niat sakral untuk setia bersama mengarungi segala tantangan dalam pernikahan. Jadi kalau mau terjun ke dalam industri perlu kreativitas demi mengelola kepercayaan calon pengantin untuk mewujudkan pernikahan impian mereka dengan profesionalisme.


Bisa dibilang industri ini tidak memiliki "low season" karena sepanjang tahun akan selalu ada pasangan yang ingin mewujudkan pernikahan impian mereka. Ini mengapa industri pernikahan termasuk industri dengan nilai bisnis yang menggiurkan banyak orang. Tapi bukan berarti mengembangkan bisnis ini hanya butuh modal kreativitas dan passionate saja, melainkan juga harus punya strategi untuk bertahan untuk kemudian berkembang. Lantas, bagaimanakah perempuan bertahan di industri ini? Dan bagaimanakah industri yang menuntut kreativitas tinggi ini kemudian membentuk karakter para womenpreneur di dalamnya?


Untuk mengapresiasi seluruh perempuan hebat yang berperan aktif dalam membangun industri pernikahan yang kondusif di Indonesia, Bridestory mewawancarai mereka. Bagaimana mereka memulai bisnis, menghadapi segala tantangan, serta mengembangkan bisnisnya, berikut kisah sukses para womenpreneur di industri pernikahan Indonesia.

# Atika Shahab, Amarillis Floral & Party Decorator


Bunga dan dekorasi, bisa dibilang elemen penting dalam membentuk momen sakral nan indah dari sebuah event pernikahan. Jika Anda memilih sebagai decorator untuk event pernikahan maka tidak hanya butuh skill mendekorasi tapi harus mengerjakannya dengan passion, karena ketika sebuah dekorasi dibuat dengan sepenuh hati maka setiap orang bisa merasakan ada makna yang dinarasikan di dalamnya. Passion jugalah yang menjadi "modal awal" Atika Shahab ketika mendirikan Amarillis pada 1994 lalu. Dia mengawalinya sebagai in house florist di hotel Regent Jakarta, lalu di Four Season Hotel sejak 1994-2014. Setelah dua dekade menggeluti bisnis ini, lantas tantangan apa yang kerap dihadapinya sebagai vendor dekorasi? Atika menjawab ada beberapa tantangannya.

Pertama adalah desain yang harus selalu update untuk mengikuti kebutuhan serta keinginan klien yang selalu berkembang. Klien saat ini, menurut Atika, memiliki banyak referensi dan informasi berkat media sosial. "Maka sebagai vendor harus bisa mengikutinya demi mewujudkan harapan dan mimpi klien atas dekorasi wedding impian mereka," imbuhnya. Kedua adalah harga yang bersaing. "Saat ini sebetulnya harga materi sudah cukup tinggi, kalau dibandingkan dulu tetapi kita harus bisa menyiasatinya agar dapat tetap masuk dengan harga market." Menjadi vendor dekorasi menurut Atika butuh kekuatan fisik dan mental. Pengerjaan dekorasi pernikahan relatif harus bisa rampung dalam waktu cukup pendek, ini mengapa sering kali mendatangkan pressure yang tinggi. Lalu bagaimana ia menyiasatinya? "Dengan menjaga stamina fisik serta membuat suasana bekerja menjadi menyenangkan dan fun," jawabnya mantap. Dan untuk womenpreneur yang ingin terjun ke industri ini, khususnya sebagai wedding décor, Atika menyarankan harus menyukai art dan keindahan. "Ini adalah bekal untuk menjalani bisnisnya. Lalu perbaharui selalu informasi tentang art, serta perbanyak pengalaman. Ini semua akan memudahkan kita beradaptasi dengan berbagai event yang akan dikerjakan," pungkas Atika.

# Michelle Tumewu, Arla Productions


Nama 'Arla' adalah diambil dari Bahasa Swedia yang berarti early in the morning. Makna ini sejalan dengan karakteristik pendirinya yaitu Michelle Tumewu dan Louis Amal yang merupakan pemburu matahari terbit atau sunrise catcher. Arla Produktion sendiri berdiri sejak 6 tahun lalu di Melbourne. Lalu kemudian Michelle memutuskan kembali ke Indonesia, maka Arla Production pun melebarkan sayapnya ke Indonesia. Jika bicara tentang signature style, Michelle mendiskripsikannya menjadi intimate, moody, candid, and in between moments. "Khususnya signature video kami, selalu grounding-nya adalah storytelling dan time capsules." Ini membuat setiap narasi yang dihasilkan Arla Production akan sangat personal. "Misalnya saat mereka bergandengan tangan, interlacing fingers, dan lain-lainnya sangat bermakna bagi klien kami."

Bagi Michelle sendiri dorongannya untuk terjun ke industri pernikahan sudahlah menjadi targetnya sejak dari sekolah dasar! Ia bercerita pada saat itu, ia melihat ibunya membantu mempersiapkan pernikahan untuk omnya. "I am instantly fell in love with wedding industry. Ditambah hobi saya dengan videografi dan fotografi, lalu passion saya terhadap menulis puisi, membuat I call myself as a visual poet. I knew this is my calling. Because on that moment I know, I want to visualize couple's love poem and stories," ceritanya antusias.

Menjadi fotografer dan videografer perempuan adalah keunggulan. Mengapa? Karena bisa menciptakan koneksi dengan klien, terutama calon pengantin perempuan. "Mereka biasanya lebih terbuka dan bisa jadi teman curhat tentang detail pernikahan yang mereka inginkan." Tapi mendirikan Arla Production di Indonesia tentu menciptakan tantangan tersendiri. Michelle dituntut untuk mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari pemasaran, moodboard, styling, production hingga post production. I challenge myself to prove that, yes, I can do anything when I set my mind into it!" Maka saran Michelle untuk womenpreneur, khususnya fotografer dan videografer perempuan yang terjun ke industri pernikahan adalah, "Never be afraid to start and thrive, especially when people start to question you; that's when you know you are in the right track!"

# Viranica Susanto, ASA Organizer


Sebelum memantapkan diri menjadi womenpreneur di industri ini, Viranica Susanto awalnya adalah seorang branding consultant. "Secara garis besar, tugas kami adalah helping client built business. Setelah beberapa tahun, muncul keinginan punya usaha sendiri. Ada kesempatan dan berjalan hingga sekarang. Sebagai wedding organizer, tugas utama Viranica dan timnya di ASA Wedding Organizer adalah mewujudkan impian pernikahan klien secara sempurna! Karena ingin sempurna dan merupakan momen sakral, tidak jarang para calon pengantin memiliki "kesulitannya" sendiri dalam mengartikulasikan pernikahan impiannya. Lantas bagaimana Viranica menghadapi hal ini? "We prioritise finishing the task first and don't let our emotions toward the client influence our work," jawabnya mantap. Karena sesungguhnya, sambung Viranica, wedding organizer adalah tentang kerja tim. Jadi harus join the force ketika ada masalah cepat cari solusinya, cepat minta maaf dan memaafkan."

Meski sudah mewujudkan banyak pernikahan impian para kliennya, bagi Viranica momen pengantin memasuki ruangan tetap berhasil membuat dirinya tertegun. "All the grand entrance feels magical and my heart always fall for first dance, guests dancing and having fun together." Energi kebahagiaan inilah yang menurut Virancia selalu menjadi magnet yang membuatnya menyukai terjun di industri ini. "Bekerja di industri ini motivasinya adalah mewujudkan pernikahan impian seseorang, dengan kreativitas kita memberikan warna kebahagiaan pada kehidupan seseorang." Menariknya ketika ditanya apakah tips untuk womenpreneur yang baru saja terjun agar bisa bertahan dan berkembang di industri ini, Viranica bercerita bahwa yang dilakukan adalah menyediakan waktu untuk membaca buku biografi, bermain games dan menonton kompetisi e-sports. "Dari sini saya mendapatkan pesan yang sangat powerful, you will win if you don't give up!"

# Laila Larissa & Franciska Wijaya, Behind the Vows


Laila Larissa merasa "berjodoh" dengan profesi wedding stylist justru saat ia dan rekan kerjanya, Ciska saling membantu persiapan pernikahan satu dengan yang lain. Mereka berdua menemukan kepuasan serta kesenangan tersendiri ketika berhasil mewujudkan pernikahan impian dari sisi estetiknya. Lantas semenjak resmi menjadi wedding stylist dari 2019 hingga sekarang, tantangan tersulit apa yang dihadapi? Bagi Laila, karena wedding stylist adalah menawarkan jasa atau service maka hal yang krusial adalah menjaga kepercayaan pengantin dan vendor. "Relationship and trust is everything. Tanpa itu semua, Behind the Vows tidak mungkin menjadi seperti sekarang," ucapnya antusias. Dan semua proses membentuk trust dari klien akan terapresiasi dengan sempurna ketika melihat pengantin bahagia serta semua unsur pernikahan, mulai dari makeup, baju, hingga dekorasi terlihat estetik.

Bagi Laila, tantangan sebagai womenpreneur di industri ini adalah jadwal pekerjaan yang padat. Apalagi dirinya sebagai perempuan yang juga berkeluarga, tentu menjadi tantangan tersendiri ketika harus memenuhi jadwal pekerjaan keluar kota atau bekerja ketika weekend. "Tetap harus bisa balance dan being present, baik personal dan profesional adalah cara menyiasati tantangannya." Untuk sesama womenpreneur di industri pernikahan, Laila membagikan semangat agar bisa bertumbuh di dalamnya. "Jadilah kuat. Sebagai perempuan, kita dituntut bekerja lebih keras, bekerja lebih cepat, dan bertekad lebih kuat untuk mencapai tujuan kita. But never give up cause it will be worth it in the end!"

# Jessica Kurniawan, Lancca Official


Apa yang memberanikan Jessica Kurniawan mendirikan Lancca sejak 2017? "Aku melihat kalau kebanyakan orang Indonesia suka dengan sesuatu yang personalize, jadi muncullah ide untuk membuat jewellery yang bisa di-personalized tapi dengan gaya yang simpel dan longlast." Sedangkan untuk nama Lancca sendiri, Jessica bercerita sebenarnya diambil dari kata "langka". "Konsepnya adalah setiap jewelry yang di-personalize punya ceritanya sendiri dan setiap orang punya karakternya sendiri, maka dari itu tagline Lancca adalah tell your tale with Lancca." Sejauh ini tantangan yang sering dihadapinya sebagai vendor wedding favors & gifts adalah kompetitor yang muncul dengan cepat dan selalu meniru karya. "Cara menghadapinya adalah dengan selalu berinovasi dan memberikan layanan terbaik. Sehingga customer selalu memercayakan hari spesialnya dengan kami."

Dari sekian banyak jewellry yang dibuat begitu personalized, manakah yang bagi Jessica memiliki cerita yang menarik? Ia bercerita pernah mendapatkan kepercayaan dari klien untuk mendesain sekitar 20an buah bangle untuk kakaknya yang akan menikah dan pindah kota. Bagaimana Jessica kemudian menjadikannya unik serta personalized? "Di setiap gelangnya, diisi pesan-pesan dari setiap teman-temannya untuk kakaknya klien ini. Jadi semua gelangnya memiliki pesan serta harapan yang sangat personal. Tujuannya adalah ketika nanti kakaknya pakai gelang-gelang ini, merasa teman-temannya tetap dekat meski sudah tinggal di luar kota," ujar Jessica.

# Hadijah Aljufri, The Manor Andara


Sebagai negara tropis, Indonesia sesungguhnya adalah tempat yang tepat untuk menggelar acara pernikahan secara outdoor. Dengan kontur landscape yang menarik, peralihan dari siang menuju malam menampilkan gradasi warna yang unik, ditambah taburan bintang di malam hari adalah elemen-elemen yang akan membangun narasi pernikahan yang indah dan intimate. Semua kelebihan inilah yang membuat Hadijah Aljufri pada 2019 kemudian mantap mendirikan wedding venue The Manor Andara.

Wedding venue The Manor Andara ini mengusung konsep intimate wedding dengan taman yang besar dan warna yang dominan putih. "Ini membuat tepatnya terlihat simpel tapi juga Anggun. Sangat merepresentasikan hari pernikahan yang suci dan sakral. Para pengantin bisa mewujudkan imajinasinya akan pernikahan impian dengan kreativitas dan detail-detail yang cantik." Hanya saja kendalanya, sambung Hadijah, masih banyak orang yang melihat pernikahan outdoor dengan nuansa yang intimate tidaklah lazim. Padahal dengan nuansa taman yang luas dan tamu undangan yang terbatas, akan membuat tidak hanya pengantin tapi juga tamu undangan menikmati setiap momennya. "Intimate wedding suasananya lebih dapat bahwa sedikit orang bermakna sekali."

Adapun keuntungan wedding venue outdoor menurut Hadijah adalah penyajian makanan bisa lebih bebas, seperti barbeque. "Benar-benar fun, apalagi dekor yang cantik dari rekanan kami, ditambah pengambilan angle yang tepat untuk menangkap sinar matahari, bisa terekam sempurna pada foto-foto yang bercerita," cerita Hadijah antusias. Bagi Hadijah, kecintaannya pada apa yang dikerjakan bersama tim The Manor Andara adalah kunci sukses untuk bertahan di industri ini. "Yang penting kerjakan dengan hati, kesungguhan, keceriaan. Ketika kita mengerjakan dengan hati maka kita bisa melihat dengan visi yang lebih jauh ke depan."

# Yustine Gracia, Papeworks


Ketika bicara tentang desain undangan atau invitation untuk acara pernikahan, maka sesungguhnya kita sedang melihat sisi personal dari calon pengantin. Karena itu setiap desain undangan adalah spesial. "Setiap undangan tidak hanya harus terasa spesial tapi juga fresh," ucap Grace yang merupakan salah satu pendiri dari Papeworks. Maka tantangan terbesarnya adalah menemukan ide-ide baru yang bisa merepresentasikan sisi personal dari calon pengantin. Papeworks sendiri didirikan oleh tiga perempuan dan tahun ini mereka sudah memasuki tahun kelima berkarya bersama. Diawali dengan Amelia yang memang sangat passionate mendesain undangan. Lalu pada 2018, Grace menikah dan Devina mendorong Amelia untuk mendesain undangan untuk Grace. "Proyek untuk sahabat" ini ternyata menciptakan antusiasme dari banyak orang, alhasil semenjak itu ketiganya fokus mengembangakn Papeworks. Salah satu pengalaman Papeworks yang paling memorable diceritakan Grace adalah ketika mendapat tawaran untuk mendesain undangan dari wedding organizer di London. "Mereka meminta Papeworks untuk membuat undangan untuk big wedding di Itali," ceritanya antusias. Untuk para womenpreneur yang memantapkan diri berkecimpung di industri ini, Grace menyemangatinya dengan, "Whatever happen, don't quit and keep going!"

# Regina Alifen, Regis Bridal Shoes


Menyadari sepatu adalah salah satu elemen penting dalam momen pernikahan, terutama untuk pengantin perempuan, maka Regina Alifen mantap memilih bisnis sepatu pernikahan costum sebagai jalannya untuk berkreasi. Apalagi pengalaman pribadi Regina yang kesulitan menemukan sepatu cantik tapi tetap nyaman dipakai berjam-jam saat pesta pernikahan, maka ia pun menciptakan brand Regis Bridal Shoes. Kata kunci dari bisnisnya adalah kenyaman dan handmade. Karena itu Regina sangat memperhatikan kualitas bahan baku tapi tetap bisa menampilkan kesan mewah. Setiap rancangan sepatu Regis Bridal Shoes adalah sesuai keinginan calon pengantin dan harus melalui proses fitting agar benar-benar pas serta nyaman dipakai.

Lantas, bagaimanakah Regina melihat peluangnya di industri ini? "Saya memperkirakan bisnis ini akan sustainable. Pernikahan adalah momen istimewa dan produk yang berkaitan dengan momen ini bersifat emosional. Karena dibuat costum maka artinya spesial dan hanya untuk dia," jawabnya percaya diri. Ia kemudian berbagai kunci sukses bertahan di industri ini adalah sabar dan konsisten. "Fokus pada kepuasan pelanggan, dan berada dalam satu bidang, semakin mencoba yang lain maka konsentrasi pada yang utama bisa semakin pecah."

#Vivian Koerniady, State Photography


State Photography berdiri sejak 2014 dan awalnya Vivian Koerniady lebih berfokus pada kids and family. Baru pada sekitar 2016, dirinya mulai aktif di wedding industry. Lantas apa yang membuatnya fokus sebagai wedding photographer? Sebagai fotografer, menurut Vivian, momen pernikahan memiliki banyak aspek yang bisa dieksplor; Mulai dari momen kebersamaan pengantin, relationship dengan keluarga dan teman, hingga aspek estetik yang membuat setiap wedding memiliki cerita yang berbeda-beda. "It's really fun and inspiring!," ujarnya penuh semangat. Dari semua aspek tersebut State Photography merangkumnya dalam sebuah signature yang adalah timeless, romantic, dan sincere.


Adapun tantangan yang kerap dihadapi Vivian sebagai fotografer secara personal adalah fisik. Mengapa? Pekerjaan wedding photographer dijelaskan Vivian cukup physically demanding dengan jam kerja yang panjang. Meski demikian, sebagai female photographer, Vivian justru melihat ini justru menjadi nilai lebih. "Sebagai perempuan, kita punya cara pandang dan style yang berbeda, baik dari storytelling maupun aesthetic. So, focus on those strengths, be persistent, and believe in your work!" pungkas Vivian.

# Sherly & Aileen, Sweetsalt


Apa jadinya jika dua perempuan yang mencintai seni dan makanan berkreasi? Jawabannya adalah Sweetsalt yang dimotori oleh Sherly dan Aileen. Cerita dimulai sejak Aileen yang sering mengajar workshop teknik mendekor kue karena saat itu sekolah atau kursus tentang sugar arts sangat terbatas. Tidak hanya murid yang berdatangan tapi juga permintaan untuk mengaktualisasikan karya mereka dalam bentuk kue. "Dari sanalah kami memberanikan diri memulai bisnis artisan cake dengan tema edible piece of art," cerita Sherly. Adapun signature Sweetsalt adalah menggabungkan elemen terkini dalam desain yang unik. "Kalau dalam satu kalimat, kami menyebutnya up to date."

Salah satu tantangan sebagai womenpreneur di industri pernikahan adalah seringkali dilihat tidak mampu memimpin bisnis hanya karena mereka perempuan. "Bisnis ini didominasi oleh pria, sehingga kami harus mengeluarkan extra effort untuk membangun kredibilitas dalam memimpin serta menjalankan bisnis." Adapun kredibilitas secara knowledge yang dimiliki keduanya adalah, Aileen memiliki gelar dalam jurusan pastry dan Sherly di bidang culinary.

Kepada para womenpreneur di industri pernikahan, keduanya memiliki tips untuk tetap percaya pada diri sendiri, tetap fokus, dan jangan terlalu keras pada diri sendiri. "Namun pada saat yang bersamaan, jangan pernah malu untuk meminta pendapat serta belajar dari orang sekitar." Lantas bagaimana Sweetsalt memprediksi tren wedding cake di tahun 2023? Keduanya kompak menjawab, akan banyak elemen asimetrikal dan geometric. "Elemen ini cukup versatile dan sangat cocok digabungkan dengan berbagai macam style." Hal ini sudah dibuktikan Sweetsalt pada Tren Pernikahan 2023 : Rays of Light yang telah dirilis oleh Bridestory. "Kue yang menonjolkan estetika geometris itu ternyata menjadi salah satu yang paling mencuri perhatian para brides-to-be."

Semua womenpreneur ini secara nyata telah membuktikan melakukan pekerjaan dengan kesungguhan hati tidak hanya menciptakan kreativitas yang indah tapi juga visi dalam mengembangkan industri wedding. Jadi tetaplah konsisten menghasilkan karya-karya dengan hati wahai para perempuan hebat!

Ikuti Percakapan
BACA [[blogCommentsCtrl.commentsMeta.total]] Komentar
[[ comment.createdAt | amDateFormat: 'll | HH:mm']]

[[comment.account.data.accountable.data.businessName]] [[comment.account.data.accountable.data.fullName]]

[[ comment.content | extractEmoji ]]